Rabu, 18 Desember 2013


SEJARAH
CURUG SABUK
Panorama alam di tatar Priangan ini memang tak akan pernah
ada habisnya untuk kita kagumi dan jelajahi. Selalu saja ada objek wisata
menarik yang patut kita kunjungi. Seperti salah satunya adalah objek Curug (air
terjun), yaitu Curug Sabuk yang tepatnya berada di lereng Gunung Kareumbi,
Dusun Nangorak, Desa Margamekar, Kec. Sumedang Selatan, Kab. Sumedang .
Curug Sabuk merupakan salah satu potensi wisata alam yang
terdapat di Desa Nangorak Kabupaten Sumedang Propinsi Jawa Barat. Letaknya yang
berada di Kawasan Taman Buru Gunung Masigit dan kawasan Gunung Kareumbi
menjadikan potensi keindahan alam, keanekaragaman hayati yang unik serta
kawasan tersebut memiliki 6 buah air terjun dengan ketinggian yang
berbeda-beda.
Untuk penamaan Curug Sabuk sendiri, menurut beberapa sumber
yang diamati , nama curug ini diambil dari salah satu Curug yang menyerupai
Sabuk (ikat pinggang). Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa penamaan Curug
Sabuk diambil dari jalan menuju Curug yang panjang dan melingkar seperti sabuk
(ikat pinggang).


Burung
merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki nilai tinggi, baik ditinjau
secara ekologis, ilmu pengetahuan.rekreasi, seni dan kebudayaan. Studi tentang
burung penting, karena dengan melakukan studi mengenai burung dan habitatnya
dapat diketahui perubahan yang terjadi dalam suatu ekosistem karena burung
merupakan spesies yang dinamis dan dapat merespon perubahan yang terjadi pada
lingkungan. Burung adalah organisme yang paling dikenal di antara
keanekaragaman hayati bumi. Meskipun demikian, kuantitas pengetahuan tentang
jenis serta kawasannya masih kurang lengkap. Kekurangan ini merupakan suatu
tantangan dalam kegiatan konservasi burung (Mac Nally, 2004).
Di Indonesia terdapat sekitar 1539
jenis burung dan 488 jenis diantaranya menghuni pulau Jawa dan Pulau Bali
(Prawiladilaga dkk., 2002). Keanekaragaman jenis burung di Indonesia mulai
terancam punah akibat tindakan – tindakan negatif yang dilakukan manusia,
seperti perburuan liar dan perusakan alam yang menyebabkan habitat dan
kehidupan burung terganggu dan akhirnya punah. Jenis burung yang terancam punah
di Indonesia sebesar 126 jenis burung yang menduduki peringkat pertama di dunia
dalam hal kepunahan jenis burung. Oleh karena itu untuk memantau bagaimana
keadaan populasi burung saat ini perlu dilakukan pengamatan, atau biasa
disebut birdwatcing.
Birdwatching merupakan pengamatan terhadap burung
di alam yang terbuka dengan aspek yang diamati mulai dari identifikasi jenis
berdasarkan morfologi, identifikasi melalui suara, behaviour dan
populasi dengan menggunakan teropong binokuler maupun monokuler. Bird watching mudah dan dapat dilakukan kapan saja
karena pada dasarnya birdwatching atau pengamatan burung tidak melakukan apapun
kecuali mengamati burung. Walaupun begitu, perlu beberapa persiapan
perlengkapan dan peralatan sebelum birdwatching.
Persiapan ini bukan harga mati yang harus dipenuhi tapi lebih bertujuan agar
birdwatching terasa menyenangkan. Beberapa hal tersebut antara lain (Ramdhani,
2008) :
1. 1. Teropong
(binokuler atau monokuler)
2. 2. Peralatan
tulis dan buku lapangan
3. 3. Field guide (buku pandauan lapangan
mengenai burung)
4. 4. Pakaian
Lapangan
Curug Sabuk berada di Kawasan Gunung Masigit
Kareumbi yang memiliki kawasan yang masih alam sehingga masih banyak terdapat
berbagai jenis burung diantaranya elang hitam (Ictynaetus malayensis), Srigunting kelabu (Dicrurus sp.), Walet sapi (Colocalia sp.), Kicuit Hutan dan jenis lainnya.


Curug Sabuk merupakan salah satu potensi wisata alam yang
terdapat di Desa Nangorak Kabupaten Sumedang Propinsi Jawa Barat. Letaknya yang
berada di Kawasan Taman Buru Gunung Masigit dan kawasan Gunung Kareumbi
menjadikan potensi keindahan alam, keanekaragaman hayati yang unik serta
kawasan tersebut memiliki 6 buah air terjun dengan ketinggian yang
berbeda-beda.
Potensi yang utama di kawasan Curug Sabuk adalah air
terjun yang menjadi salah satu potensi keindahan alam yang sangat menarik,
karena air terjun di kawasan tersebut memiliki ketinggian yang berbeda serta
air terjun yang jernih. Selain itu, air terjun dari kawasan tersebut
dimanfaatkan oleh masyarakat lokal sebagai irigasi bagi daerah persawahan di
sekitar kawasan Curug Sabuk.
Gambar
1. Curug sabuk, curug kahiji (kiri) dan curug kadua (kanan)
Potensi lain yang terdapat di kawasan tersebut yaitu
keanekaragaman hayati, dimana kondisi alam baik flora maupun fauna yang masih sangat
terjaga. Karena kawasan tersebut masih sangat jarang untuk dikunjungi oleh para
pelaku wisata. Beberapa flora yang terdapat di kawasan Curug Sabuk yaitu
didominasi oleh jenis Pasang (Quercus sp.), Saninten (Castanea
argentea), Puspa (Schima walichii), Rasamala (Altingia excelsea).
Sedangkan tumbuhan bawahnya terdiri dari tepus (Zingiberaceae), Congok (Palmae),
Cangkuang (Pandanaceae) dan lain-lain. Dari jenis liana dan epifit yang
terdapat di kawasan ini adalah Seuseureuhan (Piper aduncum), Angbulu (Cironmera
anbalqualis), Anggrek Merpati (Phalaenopsis sp.), Anggrek Bulan
(Phalaenopsis amabilis), Kadaka (Drynaria sp.), dan
lain-lain. Hutan tanaman ± 40 % didomonir oleh jenis pinus (Pinus merkusii),
Bambu (Bambusa sp.), dan Kuren (Acasia decurens).
Untuk jenis-jenis fauna yang terdapat di sekitar kawasan Curug Sabuk yaitu Babi
hutan (Sus vitatus), Ayam hutan (Gallus sp.), Kukang (Nycticebus
coucang), Bultok (Megalaema zeylanica), Kera (Macaca fascicularis)
dan Burung Walik (Chalcophals indica) (Website Kawasan Konservasi
Masigit-Kareumbi).
Potensi lainnya yaitu terdapatnya situs budaya menjadikan
kawasan tersebut tidak hanya memiliki keindahan alam yang indah saja. Situs
budaya tersebut yaitu Makam Keramat yang berada di atas Curug Sabuk.


Anggrek
merupakan Suku anggrek-anggrekan atau Orchidaceae merupakan satu tumbuhan
berbunga dengan anggota jenis terbanyak. Jenis-jenisnya tersebar luas dari
daerah tropika basah hingga wilayah sirkumpolar, meskipun sebagian besar anggotanya
ditemukan di daerah tropika. Kebanyakan anggota suku ini hidup sebagai epifit,
terutama yang berasal dari daerah tropika.
Anggrek
merupakan tanaman hias yang digemari banyak orang, harganya pun bervariasi dari
ratusan ribu hingga jutaan rupiah tergantung dari keunikan motif bunga yang
dimiliki oleh anggrek tersebut. karena anggek dinilai memiliki nilai rupiah
yang tinggi hal ini berakibat pada eksploitasi anggrek liar yang hidup dia alam
tertama spesies anggrek langka. Menurut PP No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan
Tumbuhan dan satwa diketahui ada 29 spesies anggrek langka di Indonesia seperti
anggrek hitam (Coelogyne pandurata) yang berasal dari Kalimantan, anggrek tebu
(Grammatophyllum speciosum), anggrek hartinah (Cymbidium hartinahiamun) dan lain
sebagainya. Anggrek - anggrek ini
jumlahnya dialam diperkirakan sudah sedikit dan
lebih banyak jumlah yang berada ditangan para kolektor anggrek.
Menurunnya populasi anggrek dialam membuat pihak pengelola Gunung Masigit Kareumbi membuat Taman
Anggrek Hutan sebagai upaya konservasi ex-situ berbagai jenis anggrek spesies asli Jawa
Barat. Dilansir dari website kawasan konservasi Masigit Kareumbi, sebagai tahap awal pihak pengelola mengumpulkan angrek-anggrek tersebut di areal
yang menjadi zona pemanfaatan atau blok KW di Taman Buru Masigit Kareumbi.
Selain mengumpulkan berbagai jenis spesies Jawa Barat, pengelola juga berusaha
mengidentifikasi spesies lokal yang ada di sekitar kawasan.
Tercatat
15 jenis anggrek pohon yang telah pengelola tempelkan untuk melihat kecocokan tumbuh
serta keamanan di lokasi, karena pihak pengelola hanya menempelkannya begitu saja di
pohon-pohon sekitar area wisma pada ketinggian 2 meter. Adapun jenis anggrek yang pihak pengelola konservasi adalah sebagai berikut ; Anggrek
Kalung (Coelogyne dayana), Anggrek
Spesiosa (Coelogyne speciosa), Anggrek
Merpati (Dendrobium crumenatum), Anggrek
Jamrud (Dendrobium macrophyllum), Anggrek
Jelita (Epigenium cymbidiodes), Anggrek
Bulan (Phalaenopsis amabilis), Anggrek
Eria (Eria multiflora), Anggrek
Secundum (Dendrobium secundum), Anggrek
Vanda (Vanda tricolor), , Anggrek lipstik, Dendrobium
sp., Bulbophyllum
lowii, Bulbophyllum
lobii, Bulbophyllum
pahudii, Bulbophyllum
crisantum dan Schoenorchis
juncifolia.


Banyaknya
potensi yang terdapat di kawasan Curug Sabuk menjadikan lokasi wisata ini
sebagai daerah tujuan wisata alam yang menarik. Beberapa kegiatan wisata alam
yang dapat dilakukan di kawasan Curug Sabuk, antara lain:
1.
Hiking
Letak Curug Sabuk yang berada
di kawasan Gunung Masigit dan Kareumbi, memungkinkan adanya kegiatan hiking
menuju kawasan tersebut. Hiking yang dilakukan berlangsung selama 1 hari
perjalanan (1 day trip) dengan didampingi oleh jasa pemandu wisata lokal. Pada
saat melakukan hiking pengunjung juga dapat mengenali potensi tanaman lokal
yang bermanfaat atau beracun.
2.
Bersepeda / mountain biking
Kegiatan bersepeda/ mountain biking dapat menjadi salah satu potensi
pengembangan wisata di kawasan Curug Sabuk. Untuk mendukung kegiatan ini, pihak
pengelola membuat jalur khusus agar tidak merusak kondisi alam lain
disekitarnya. Kegiatan ini ditujukan bagi wisatawan yang telah memiliki
pengalaman dalam melakukan kegiatan mountain
biking.
3.
Perkemahan/ camping ground
Di kawasan Curug Sabuk
terdapat kawasan khusus yang dijadikan sebagai tempat berkemah atau camping ground. Kegiatan
berkemah ini dapat dilakukan oleh perseorangan atau kelompok.
4.
Animal watching
Kegiatan ini dilakukan dengan
berjalan-jalan di sekitar kawasan Curug Sabuk yang didampingi oleh jasa
pemandu wisata lokal atau masyarakat lokal. Kegiatan yang dilakukan meliputi
pengamatan burung dan pengamatan mamalia yang berada di Kawasan Curug Sabuk.
Kegiatan-kegiatan
tersebut menjadi daya tarik kawasan bagi wisatawan, namun dalam pelaksanaannya
akan lebih baik jika wisatawan yang datang jumlahnya dibatasi agar tidak
merusak ekosistem di kawasan tersebut. Upaya lain yang dapat dilakukan oleh
pihak pengelola diantaranya dengan menyediakan paket wisata alam di kawasan
Curug Sabuk, yang terdiri dari :
a.
Paket single activity, dimana kegiatan yang sudah disebutkan di
atas dilakukan hanya satu kegiatan saja.
b.
Paket HI-CAMP meliputi kegiatan hiking & camping yang dapat dilakukan secara bersamaan
oleh wisatawan selama 2 hari 1 malam.
c.
Paket MOUNT-CAMP meliputi kegiatan berkemah (camping) pada
malam hari dan pada pagi hari bersepeda melalui rute yang sudah tersedia.
d.
Paket ANIMAL-CAMP, meliputi
kegiatan pengamatan binatang pada pagi hari (day watching) dan pada
malam hari (night watching) serta kegiatan berkemah (camping).
Langganan:
Postingan
(
Atom
)